Sudah
beberapa tahun ini saya amati di hampir setiap berita di seluruh
channel televisi nasional kita yang paling banyak muncul adalah berita
tentang kasus-kasus korupsi. Untuk beberapa hari memang kadang berganti
dengan berita significant lainnya seperti kecelakaan pesawat Sukhoi
Superjet 100, tetapi setelah itu kembali ke ‘default’ berita – yaitu
kasus korupsi. Coba kita ingat berita-berita yang muncul tahun 1970-an,
1980-an sampai awal 1990-an, pasti nuansa yang berbeda yang kita ingat –
nuansa ‘pembangunan’-lah yang muncul di berita-berita pada beberapa
dekade tersebut.
Bisa
saja karena rezim Orde Baru waktu itu lebih mampu ‘mengendalikan’
berita sehingga hanya muncul yang baik-baik, sedangkan saat ini dengan
kebebasan pers yang lebih terbuka – pers bebas memberitakan yang mana
saja yang mereka mau. Tetapi bagaimana kalau yang layak berita memang
hanya yang buruk-buruk seperti korupsi dan kasus kecelakaan pesawat
tersebut di atas ?. Kapan terakhir kita melihat berita peresmian project
ini dan itu ?, kapan terakhir kita melihat project keberhasilan petani
dalam swasembada pangan ?, kapan terakhir kita melihat pencapaian di
bidang peternakan, perikanan, perkebunan dlsb.?
Dalam
perjalanan pulang dari arab, para TKW asyik bercerita tentang perlakuan
majikannya, kenakalan anak majikannya dlsb. karena memang itulah dunia
mereka. Di pos ojek depan komplek rumah, para tukang ojek asyik
ngobrolin tentang motor dia, tentang kontrakan rumahnya, tentang
mahalnya harga sembako – karena memang itulah dunia mereka.
Pada
jam makan siang, para pekerja rajin ngobrolin tentang atasan dia,
tentang problem rutin pekerjaan dia, tentang kejenuhannya – semua juga
karena itulah dunia mereka. Intinya adalah apa yang muncul secara
dominan di permukaan pembicaraan-pembicaraan kita – itulah sesungguhnya
yang terjadi pada diri kita, itulah dunia kita.
Maka
bisa Anda bayangkan kondisi ini sekarang, jangan-jangan memang tidak
ada yang fokus memikirkan pembangunan, tidak ada yang fokus dalam
pembinaan petani, nelayan dlsb. – sehingga tidak ada yang layak
diberitakan di sektor-sektor ini. Jangan-jangan fokus para pemimpin dan
wakil kita memang sibuk ‘memadamkan api’ masalah korupsi yang
bermunculan di sana-sini, bukan fokus bagaimana membawa kemakmuran untuk
seluruh rakyat di negeri ini.
Ada wisdom dalam bahasa inggris yang kurang lebih berbunyi begini “losers
talk about problems, winners talk about idea, solutions and
opportunities – para pecundang berbicara tentang masalah, para pemenang
berbicara tentang ide-ide, solusi dan peluang”.
Pelajarannya
adalah, karena terlalu disibukkan dengan berbagai masalah – sehingga
tercermin dalam pemberitaan-pemberitaan (pembicaraan-pembicaraan) yang
ada, maka negeri ini satu langkah lebih dekat menuju negeri yang gagal.
Jadi kita harus berusaha sekuat tenaga mengubah tema pembicaraan yang
kemudian menjadi berita.
Biarlah
masalah-masalah hukum, musibah dlsb. ditangani oleh pihak-pihak yang
kompeten untuk ini; sedangkan mayoritas kekuatan bangsa harus
dikonsentrasikan untuk berbicara tentang ide-ide, solusi-solusi dan
peluang-peluang. Ini bisa dilakukan di tingkat nasional maupun pada
tingkat individu atau komunitas.
Bukan
berarti mengabaikan masalah, tetapi masalah harus bisa diatasi secara
proporsional agar tidak menyita waktu kita sehingga tidak tersedia lagi
waktu untuk berbicara tentang ide, solusi dan peluang.
Anda bisa mulai melakukan exercise
ini di lingkungan kerja Anda masing-masing. Berhentilah mengeluh dan
mulailah fokus pada ide, solusi dan peluang – maka ketika ini yang
menjadi budaya, insyaallah Anda akan segera menjadi pemenang – apapun
bidang Anda.
Kita
adalah apa yang kita bicarakan, maka budayakanlah bicara tentang
hal-hal yang positif. Ketika kita terpaksa bicara tentang hal yang
negatif atau masalah sekalipun, itu dalam konteks untuk mencari
solusinya – sehingga yang negative-pun bisa menjadi positif karenanya.
InsyaAllah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar