Kamis, Juni 25, 2009

Website Pengumpul Rupiah Otomatis

Cara Cerdas Membangun Bisnis Online Dengan Memiliki Website Sendiri Yang Akan Mengisi Rekening Bank Anda Secara Otomatis
Tanpa harus bolak-balik ke warnet

100 % Legal
Sistem Automatic
Tidak menggunakan bahasa program yang rumit
( cukup dengan Microsoft Frontpage )

Dengan Website Pengumpul Rupiah ini anda bisa menghasilkan uang dengan cara Halal, unik dan otomatis, setiap hari Rekening anda akan dibanjiri kurang lebih Rp.25.000,- s/d Rp.200.000,-per hari (tidak banyak tetapi continue dan Otomatis)

Kunjungi website kami di http://webpanas.co.cc

Rabu, Juni 17, 2009

Don't Judge Yourself

Pengarahan Direktur Jenderal Perbendaharaan di Kanwil DJPBN Propinsi Jawa Timur
Hal ini diungkapkan oleh Direktur Ditjen Perbendaharaan (DJPBN), Herry Purnomo disela-sela pengarahannya dihadapan sekitar 250 pegawai Kanwil Ditjen Perbendaharaan, KPPN Surabaya I, dan Surabaya II yang mengikuti pengarahan di Aula Kanwil DJPBN Propinsi Jawa Timur pada hari Rabu siang, 10 Juni 2009.

Dalam pengarahan yang dibuka langsung oleh Kepala Kanwil, S. Bambang Soeroso, Pak Dirjen mengangkat beberapa hal mengenai perubahan Ditjen Perbendaharaan, kebutuhan kepegawaian dan sistem assessment, serta permasalahan IT system.

Beliau membuka pengarahan dengan menyatakan bahwa perubahan-perubahan yang terjadi di DJPBN dan tuntutan untuk merubah diri masih terus berlanjut. "Hal ini dibuktikan dengan berkurangnya pungli (pungutan liar-red) yang ada di instansi vertikal DJPBN, penertiban PNBP, penertiban rekening liar, dan pembinaan kepada beberapa satker Kementrian/Lembaga Pemerintah Pusat," tambah Pak Dirjen.

DJPBN sudah menyatakan komitmennya untuk memerangi pungli salahsatunya dengan cara mendirikan KPPN Percontohan. Pola pelayanan kepada satuan kerja melalui front office yang diterapkan dalam KPPN percontohan saat ini dapat meminimalisir pungli dan juga transaksi yang tidak benar. Menanggapi berita-berita miring di beberapa media cetak, Pak Dirjen mengatakan, "Mari kita buktikan tidak ada pungli di lapangan sebagaimana yang dikeluhkan di beberapa surat kabar."

Masih berkaitan dengan hal ini, Pak Dirjen juga memberikan pujian kepada Jawa Timur yang telah berhasil dalam menjalankan reformasi birokrasi selama ini, "Di Jatim sudah bagus (penerapan SOP KPPN Percontohan-red), ini sesuai dengan langkah kita dalam rangka reformasi birokrasi" ungkap beliau. Beliau kemudian menghubungkan dengan keinginan Menteri Keuangan beberapa waktu yang lalu mengenai kelanjutan reformasi birokrasi ini. "Pimpinan Departemen Keuangan merasa khawatir kalau bayi reformasi ini berkurang, tapi DJPBN bertekad untuk menjaga bayi reformasi ini," tambah Pak Dirjen.

Hal kedua yang Pak Herry Purnomo angkat adalah masalah kepegawaian. Beliau menegaskan tentang adanya kekosongan jabatan di pulau Jawa dan mengharapkan para pegawai untuk bersabar, karena dalam pengisian kekosongan jabatan tersebut DJPBN akan menggunakan tes assessment.
Secara nasional, jumlah pegawai Ditjen Perbendaharaan sudah berkurang dari 10.300 pegawai menjadi 10.040 pegawai. Beliau menyatakan bahwa pengurangan pegawai tersebut dikarenakan adanya pegawai yang memasuki masa pensiun dan pegawai yang hijrah ke beberapa kementerian / lembaga lain. Dalam kesempatan ini, beliau juga menyinggung dengan rencana adanya pembenahan instansi yang berdasarkan IT system.

Berkaitan dengan pemanfaatan IT system di DJPBN, Pak Dirjen mengharapkan semua pekerjaan di KPPN dan Kanwil harus sudah memanfaatkan IT system. Untuk pengembangannya maka dituntut peran aktif dari jajaran pejabat eselon II, eselon III, maupun eselon IV. Beliau mencontohkan hal tersebut dengan sudah terwujudnya aplikasi e-kirana sehingga Laporan Kas Posisi maupun Kualitas Laporannya juga sudah menggunakan IT System.

Hal ini bukan berarti tidak ada tantangannya. Untuk menghadapinya adalah dengan cara berani menjawab tantangan. "Tenaga yang ada saat ini jangan sampai tidak berani terhadap perubahan" tegasnya. Beliau lalu mencontohkan suatu kasus di wilayah Medan, ada sebuah instansi DJPBN yang memberikan kursus komputer bagi pegawai senior (usia diatas 40-red) yang pada awalnya takut, tetapi pada akhirnya bisa mengoperasikan dan senang akan keberhasilannya itu.

Pak Dirjen yang sebelumnya datang pada acara peresmian Jembatan Suramadu itu lalu melanjutkan bahwa di antara organisasi dan SOP yang berubah, ada yang tetap dan tidak berubah yaitu pelayanan prima, cepat, tepat, akurat, akuntabel dan tanpa pungli. Sehingga dibutuhkan SDM yang tepat dan dapat melaksanakan tugas pelayanan tersebut. Berhubungan dengan hal itu, beliau berharap kepada para pegawai yang belum lulus KPPN Percontohan untuk merubah pola pikirnya. "Walaupun bukan (pegawai-red) KPPN Percontohan, gaji anda tetap dibayar, kenaikan pangkat dan jabatan juga tetap jalan. Jadi jangan dirinya merasa korban dan lalu menghukum diri sendiri. Oleh karena kita perlu kesiapan mental dan keikhlasan dalam bekerja, sekali lagi jangan kita menghukum diri sendiri" seru beliau kepada seluruh pegawai yang hadir siang itu.

Pengarahan tersebut ditutup Pak Dirjen dengan mengingatkan seluruh pegawai untuk terus melestarikan perubahan ke arah yang lebih baik. "Kita harus terus berubah menghadapi perubahan, menjaga kesehatan, harus ikhlas dalam bekerja dan yang terpenting harus mensyukuri nikmat apa yang telah kita terima karena di Kementrian/Lembaga lain masih banyak dibawah kita" ungkap beliau sebelum mengakhiri kunjungan kerja di Kanwil Ditjen Perbendaharaan Propinsi Jawa Timur.


Dilaporkan oleh : IMAM SARONI - Kontributor Kanwil Surabaya

SERVICE QUALITY & SERVICE STANDARD, LET’S DO IT!

Liputan kegiatan brainstorming teknik pelayanan di KPPN Jakarta I



JAKARTA, PERBENDAHARAAN.GO.ID - Bertempat di ruang middle office Seksi Perbendaharaan KPPN Jakarta I, hari Rabu, 3 Juni 2009 diselenggarakan kegiatan brainstorming teknik pelayanan dengan BRI (Bank Rakyat Indonesia). Kegiatan tersebut diisi dengan paparan teknik pelayanan oleh instruktur dari Kantor Pusat BRI.

Terinspirasi dari sebuah tulisan sederhana tentang 3S (Senyum, Sapa, Salam) di sebuah POM BENSIN, Pardiharto, top leader KPPN Jakarta I berpikir, "Kira-kira inovasi apa yang perlu dilakukan di KPPN Jakarta I agar pelayanan yang telah dilaksanakan selama ini tidak stagnan, tetapi terus dinamis?" Pertanyaan ini kemudian menjadi gagasan untuk mengundang pihak BRI untuk membuat sebuah kegiatan yang dapat menunjang peningkatan pelayanan KPPN Jakarta I. Alasannya jelas, BRI memiliki karakteristik yang hampir sama dalam melayani masyarakat, bahkan mungkin memiliki standar yang lebih bagus dalam pelayanan.
Setelah penyusunan rencana yang kemudian dilanjutkan dengan pemberitahuan ke BRI. Respon yang diterima sungguh tak terduga. Dari semula yang diinginkan hanya sekedar sharing teknik sesama kantor pelayanan, ternyata pihak BRI menanggapinya dengan sangat serius. Tidak tanggung-tanggung, mereka bahkan mengirim instruktur langsung dari Divisi Layanan Direktorat Jaringan dan Layanan Kantor Pusat BRI.

Mengawali kegiatan, Pak Pardi mengatakan, "Sengaja saya mengundang pihak BRI untuk berbagi teknik. Saya khawatir ada sesuatu yang kurang atau salah dengan layanan yang kita lakukan selama ini. Selain itu, kita juga ingin tahu, bagaimana sih pelayanan standar yang selama ini dilaksanakan oleh BRI sebagai sebuah institusi perbankan BUMN yang terkemuka."

Setelah dibuka, acara dilanjutkan dengan presentasi oleh Ninis, instruktur dari BRI. Presentasi yang mengambil tema "SERVICE QUALITY AND SERVICE STANDARD, SQ NO. 1 .... LET'S DO IT!" tersebut diawali dia dengan mengatakan, "Service atau layanan itu adalah sesuatu yang dinamis dan perlu feedback dari pelanggan. Kalau pelanggan berubah, intansi juga harus berubah."

Lebih lanjut disampaikan oleh Ninis, service quality merupakan sebuah keharusan bagi lembaga pelayanan, karena merupakan senjata utama yang akan selalu diingat oleh pelanggan dan sesuatu yang vital dalam membangun dan mempertahankan loyalitas pelanggan. Dalam aktivitas dunia modern, banyak orang meninggalkan sebuah lembaga dengan kualitas pelayanan yang buruk meski mereka menawarkan barang yang bagus. Namun, sebaliknya, banyak orang yang rela membayar lebih mahal untuk sebuah layanan yang berkualitas.

Tambahnya, layanan berkualitas adalah layanan yang menjamin pelanggan lebih cepat selesai urusannya, lebih akurat hasil kerjanya, dan lebih memuaskan kebutuhan para pelanggannya. Dengan kata lain, lebih cepat, lebih akurat, dan lebih memuaskan. Layanan yang baik juga harus memenuhi kebutuhan dasar pelanggan, harapan pelanggan, dan angan pelanggan.

Ada yang menarik dalam presentasi ini, yaitu mengenai peran pegawai front office (frontliners). Masih menurut Ninis, frontliners memiliki peran yang sangat strategis. Sebagai wajah dan ujung tombak kantor pelayanan, mereka merupakan hal yang paling awal dilihat oleh pelanggan. Hal yang perlu diperhatikan, yaitu frontliners akan membentuk citra sebuah lembaga. Ada tiga unsur dalam diri mereka yang harus menjadi fokus untuk service standard yaitu penampilan personal, meja kerja, sikap dan kata-kata.

Dari sisi penampilan, pegawai di front office harus berpenampilan rapi. Satpam tidak boleh sangar dan front officer harus simpatik. Customer Service Officer (CSO) harus sabar dan berpengetahuan luas. Lebih spesifik, dalam hal kerapian, seorang frontliner tidak boleh berambut gondrong, wajah bersih/tidak kusam, memakai tanda pengenal, bersepatu, jika memakai aksesoris harus sederhana tidak boleh berlebihan.
Front officers harus juga memperhatikan meja kerja mereka. Selain harus rapi, mereka tidak boleh meletakkan makanan dan minuman, benda-benda pribadi seperti boneka, souvenir, foto istri, pacar, dan lainnya. Menurut Ninis, yang diperbolehkan terdapat di meja adalah benda-benda yang berkaitan dan mendukung kinerja seorang frontliner.
Hal terakhir yang sangat penting harus diperhatikan adalah sikap dan kata-kata. Seorang frontliner harus ramah, murah senyum, dan tidak jutek bagaimanapun kondisinya karena senyum yang tulus dan hangat adalah kunci pelayanan.

Di akhir presentasi, Ninis mengatakan " Kadang-kadang, kita mempunyai persepsi yang berbeda dengan pelanggan. Menurut kita sudah baik, tetapi belum tentu menurut mereka baik. Oleh sebab itu, sekali waktu perlu diadakan Focus Group Discussion dengan mengundang pelanggan, untuk mengetahui apa sih sebenarnya yang mereka inginkan".
Beragam tanggapan dari para audiens yang terdiri atas para pimpinan dan staf KPPN. Ada yang tersenyum, ada yang tertawa membandingkan dengan yang teah dilaksanakan selama ini. Sebagian membenarkan, dan sebagian mengoreksi diri sendiri dan juga temannya. Ada yang sudah dilaksanakan tetapi ada juga yang belum. Yang complain dan tidak sependapat mengajukan pertanyaan dan yang sudah melaksanakan minta saran yang lebih baik. Forum ini ternyata menyegarkan dan sangat bermanfaat. Setiap pertanyaan dan pernyataan langsung ditanggapai baik oleh Ninis maupun Pak Pardi.

Acara pun diakhiri pada pukul 17.35 dengan ditutup oleh Pak Pardiharto dengan sebuah kesimpulan, kegiatan ini adalah yang pertama dan merupakan inovasi yang akan terus dilaksanakan di tengah keterbatasan yang dimiliki. Di lain waktu perlu ada kegiatan-kegiatan terobosan yang lain dalam bentuk dan waktu yang lain yang lebih baik dan bermanfaat untuk semua.

Oleh: Abdul Latif - Kontributor KPPN Jakarta I