Rabu, Mei 25, 2011

Jadwal Penting USM STAN 2011



By admin
Informasi dari akun twitter resmi stan di @usmstan, diperoleh informasi bahwa pendaftaran STAN 2011 dilakukan melalui sistem online dan jadwal secara rinci silakan cek di table bawah ini.
NOTANGGALKETERANGAN
1.… Mei – 17 Juni 2011Pendaftaran Melalui Sistem Online. http://usm.stan.ac.id
2.27 Juni 2011Pengumuman Jadwal Pengambilan Bukti Peserta Ujian
3.4 – 9 Juli 2011Pengambilan Bukti Peserta Ujian
4.24 Juli 2011Pelaksanaan Tes Tertulis (TPA dan Bahasa Inggris)
5.26 Agustus 2011Pengumuman Peserta Tes Kesehatan (Lulus Tes Tertulis)
6.12 – 17 September 2011Pelaksanaan Tes Kesehatan
7.26 September 2011Pengumuman Peserta Psikotest (Lulus Tes Kesehatan)
8.2 Oktober 2011Pelaksanaan Tes Psikotest
9.20 Oktober 2011Pengumuman Hasil Akhir Kelulusan USM STAN 2011
Info ini Resmi dari Akun twitter USM STAN Jakarta. Penulis hanya sekedar meresume dari akun tersebut.
semoga bermanfaat 

Jumat, Mei 20, 2011

Islam Atau Kristen Agama Orang papua ?

Ada tiga kesalahan orang memandang Papua. Pertama, Papua identik dengan koteka, Kedua, hanya orang-orang primitiv dan Ketiga, Identik dengan Kristen. Padahal, itu keliru.

Untuk poin pertama dan kedua, fakta itu boleh jadi benar, bahwa di kawasan-kawasan tertentu di pedalaman bumi cenderawasih ini, hingga hari ini masih diketemukan masyarakat dengan pola hidup primitif, sebagian masih mengenakan koteka, serta menjalani hidup secara kanibal.

Hal itu terjadi karena beberapa faktor, seperti terbatasnya akses informasi—atau bahkan ketiadaan informasi yang mereka terima--serta luasnya kawasan tersebut yang hampir 4 kali luas pulau Jawa. Bahkan, Papua, termasuk pulau terbesar kedua di dunia setelah Greenland di Denmark. Maka wajar bila fakta-fakta seperti koteka dan kehidupan primitif masih ditemui di Papua.

Namun tentu saja hal itu tidak semuanya, mengingat sebagian dari mereka, kini, sudah terbiasa dengan pola kehidupan maju dan melek teknologi, utamanya mereka yang tinggal di kawasan perkotaan dan hidup di daerah pantai, baik penduduk asli maupun perantau dari luar Papua.

Fakta lain yang selama ini terselimuti kabut tebal adalah perihal komunitas Muslim di kawasan ini. Selama ini pula, banyak orang yang bertanya-tanya, adakah orang Islam di Papua? Adakah komunitas pribumi (penduduk asli Papua) yang memeluk Islam sebagai agama mereka? Ironisnya, belum lagi pertanyaan itu terjawab, seolah ada ungkapan pembenaran bahwa: Papua identik dengan Kristen. Atau dengan bahasa yang lebih lugas lagi: setiap orang Papua ya mesti Kristen.

Tentu saja statemen seperti ini membawa dampak negative yang kurang menguntungkan bagi pertumbuhan dan dakwah Islam di kawasan yang masih menyimpan hasil kekayaan alam yang sangat melimpah ruah ini.

Bahkan saat ini jumlah komunitas Muslim di Papua sudah mencapai angka 900 ribu jiwa dari total jumlah penduduk sekitar 2.4 juta jiwa, atau menempati posisi 40 % dari keseluruhan jumlah penduduk Papua. 60% penduduk merupakan gabungan pemeluk agama Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Animisme.

Namun, di antara imej yang kurang menguntungkan seperti itu, juga “tekanan psikologis” suasana serba Kristen, dimana setiap mata memandang begitu banyak gereja-- sebagai buah dari kerja keras para missionaries, yang didukung dengan dana yang nyaris tak terbatas, serta ditunjang sarana teknologi komunikasi dan transportasi canggih, pelan-pelan komunitas Islam tumbuh dan menyinari bumi cenderawasih yang di lingkungan kaum muslimin menyebutnya sebagai kawasan Jabal an Nuar.

Ismail Saul Yenu (67), seorang pendeta sekaligus kepala suku besar di Yapen Waropen telah masuk Islam dengan diikuti istri dan anaknya. Ismail yang juga Ketua Benteng Merah Putih pembebasan Irian Barat dan Ketua Assosiasi Nelayan Seluruh Papua telah menunaikan ibadah haji pada tahun 2002.

Seorang pendeta di Biak Numfor bernama Romsumbre (Abdurrahman) juga telah masuk Islam beserta keluarga dan 4 orang anaknya. Wilhelmus Waros Gebse Kepala suku Marin, Merauke juga telah meninggalkan agama lamanya Katolik dan memilih masuk Islam bersama Istri dan anak-anakknya. Kini Wilhelmus sedang merintis sebuah pondok pesantren di kampung halamannya di Merauke.

Saat ini, di desa Bolakme, sebuah distrik di Lembah Baliem, seorang pendeta dan kepala suku bersama 20 orang warganya ingin sekali memeluk Islam.

Berkali-kali keinginan itu disampaikan ke tokoh masyarakat Muslim, akan tetapi pihak MUI agaknya sangat berhati-hati dalam menerima mereka. Alasannya, di samping faktor keamanan, juga pembinaan terhadap mereka setelah itu, tidak ada. “Inilah tantangan bagi kita. Tidak sedikit penduduk asli yang ingin masuk Islam, tapi kita kekurangan dai.” tutur H.Burhanuddin Marzuki, ketua MUI Kabupatern Jayawijaya yang sudah 30 tahun tinggal di Lembah Baliem.


Berita yang sempat meramaikan media massa adalah dengan masuk Islamnya “kepala suku perang” H. Aipon Asso pada tahun 1974.Sebelum itu, seorang tetua di desa Walesi bernama Marasugun telah lebih dulu masuk Islam setelah berinteraksi dengan para perantau di kota Wamena yang berasal dari Bugis-Makassar, Jawa, Madura maupun Padang.

Keislaman Aipon Asso lalu diikuti oleh 600 orang warganya di desa Walesi. H. Aipon yang kini sudah berusia 70 tahun menjadi kepala suku yang sangat di segani di seluruh lembah Baliem. Wilayah kekuasaannya membentang hampir 2/3 cekungan mangkuk lembah Baliem.

Ia benar-benar sosok kepala suku mujahid yang sangat diperhitungkan di kawasan ini.

Bahkan ketika ia baru pulang dari menunaikan ibadah haji (1985), dengan mengenakan surban dan baju gamis panjang, secara demonstratif ia turun ke jalan dan melakukan pawai di pusat kota Wamena sambil mengerahkan ratusan warganya yang masih mengenakan koteka dan bertelanjang dada.

Teringatlah kita pada kisah sahabat Nabi Muhammad yakni Umar bin Khattab ketika akan melakukan hijrah dari Mekah ke Madinah yang tilakukannya tanpa sembunyi-sembunyi dan tanpa ada rasa takut.

Saat kerusuhan menimpa Wamena tahun 2000 lalu, sebagian pendatang baik Muslim maupun Kriten dicekam rasa takut. Tidak terkecuali Muslim pribumi pun mengalami hal serupa. Untuk meredam situasi, pihak pemerintah menyelenggarkan pertemuan dengan kepala-kepala suku dan tokoh-tokoh agama. Dalam pertemuan dengan jajaran pemerintah daerah tersebut H.Aipon mengusulkan ditempatkannya aparat keamanan secara permanen di kawasan ini dan itu disetujui.

Di ibukota provinsi Papua, Jayapura, seperti juga di kota-kota lain seperti Fak-Fak, Sorong, Wamena, Manukwari, Kaimana, Merauke, Timika, Biak dan Merauke, suasana keislaman semakin tampak, khususnya di kalangan pendatang. Selain jumlah rumah ibadah yang semakin bertambah, kegiatan halaqah juga tumbuh tidak kalah subur. Selain itu, bila kita jalan-jalan di pusat kota Jayapura tidak sulit kita menemui Muslimah berjilbab lalu lalang di antara keramaian. Termasuk di kampus ternama di Papua Universitas Cenderawasih, para wanita berjilbab juga dengan mudah kita temui.

Penduduk Muslim di kota terdiri dari para pedagang, pagawai, pengusaha, pelajar/mahasiswa, guru, atau buruh.

Secara keseluruhan jumlah komunitas Muslim di Papua mengalami peningkatan yang cukup pesat, utamanya di kota kabupaten atau provinsi. Dalam catatan yang dikeluarkan oleh LP3ES, Papua, termasuk dari 7 kantong-kantong Kristen di seluruh Indonesia yang semakin penyusutan. Sebaiknya jumlah penduduk Muslim semakin tumbuh.

Sebenarnya potensi Sumber Daya Manusia (SDM) Muslim di Papua tidak kalah banyak di banding dengan ummat lain.

Akan tetapi nampaknya ada semacam perasaan ‘tidak PD” di kalangan mereka untuk tampil dan terlibat langsung dalam lingkar pemerintahan. Akibatnya, mereka hanya menjadi penonton, atau—katakanlah-- turut terlibat, namun ada di ‘wilayah yang tidak menentukan’.

“Ini tentu saja menjadi PR kita ke depan. Ummat Islam Papua harus menghalau rasa tidak PD-nya, dan selanjutnya bersama yang lain terlibat langsung membangun Papua,” tutur Mohammad Abud Musa’ad MSi(42), intelektual Muslim Papua yang juga anggota tim penyusun UU otonomi khusus Papua.
“Secara historis, keberadaan ummat Islam sebagai pendatang awal di Tanah Papua, sudah klir. Dan itu sudah tertuang dalam buku putih yang dikeluarkan oleh Pemerintah Papua.” jelas Musa’ad yang tinggal di bilangan Abepura, Jayapuran ini. “Namun yang terpenting, kita harus segera berkarya dan tidak boleh asyik bernostalgia dengan sejarah,”pesannya pada Muslim Papua.

Musa’ad juga menyadari, kendati sejumlah pertemuan tentang kedudukan ummat Islam di Papua pernah dilakukan, akan tetapi karena tidak adanya sosialisasi dan tindak lanjut dalam program, semua seolah lenyap tanpa bekas.

Masih kata Musa’ad, bahwa peran politik ummat Islam Papua saat ini masih terlalu kecil, yakni tidak lebih dari 10 %. Kenyataan ini tentu saja sangat memperihatinkan.

Bahkan dapat dibayangkan dari 900 ribu jiwa Muslim yang tersebar dalam 29 kabupaten/kota yang ada saat ini, hanya terdapat dua kabupaten yang dipimpin oleh pejabat Muslim yakni di Fak-Fak dan di Kaimana. Bahkan di kantong-kantong kabupaten berpenduduk asli mayoritas Muslim seperti Babo dan Bintuni, misalnya, saat ini dipimpin oleh non-Muslim.

Senada dengan Musa’ad, menurut DR (desertasi) Toni Vm Wanggai yang juga Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Yapis Jayapura, bahwa sosialisasi dan pelurusan sejarah Islam di Papua harus dilakukan terus menerus.

Hal itu perlu dilakukan agar ummt Islam di Papua mengetahui jati diri mereka, sekaligus menginformasikan kepada fihak lain yang belum faham, untuk tidak menganggap kaum Muslimin sebagai ‘tamu di Papua’. Muslim adalah juga pemilik sah kawasan ini, sehingga mereka memiliki porsi keterlibatan yang sama untuk membangun Papua. Islam hadir di Papua abad ke-XV sedang Kristen masuk Papua pertengahan abad ke-XIX (5 Februari 1855).

Kegelisahan Toni, adalah seiring dengan adanya upaya dari kelompok Kristen yang ingin menghapuskan jejak Islam di kawasan ini, khusunya di kawasan Raja Ampat Di mana hama “Raja Ampat” akan dihilangkan dan diganti dengan nama lain. Padahal, nama Raja Ampat adalah se-monumental sejarah Papua sendiri.

“Nama Raja Ampat diambil dari eksistensi kerajaah-kerajaan Islam yang berkuasa di kawasan Indonesia timur saat itu yakni: Ternate, Tidore, Jailolo dan Bacan.” tegas Toni yang mengambil desertasinya tentang ‘Rekontruksi Sejarah Islam Papua’.

Kendati masih sebatas wacana yang dipublikasikan di media lokal, namun tak urung informasi nyeleneh seperti itu membuat gelisah sejumlah tokoh Muslim.

“Itu sama dengan bunuh diri.” kata M Shalahuddin Mayalibit, SH, mengomentari gagasan itu. “ Sekalipun dipublikasikan seribu kali, itu tidak akan terwujud.” kata dosen Fakultas Hukum di Universitas Cenderawasih ini menjelaskan.

“ Raja Ampat dan Muslim sudah menjadi satu kesatuan yang sulit dipisahkan,” tegas cucu Muhammad Aminuddin Arfan, tokoh Muslim dari kerajaan Salawati yang ditugasi Raja Tidore untuk mengantar CW. Ottow dan GJ Geissler si bapak Kristen ke Papua.

Seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang nomor 21 tahun 2001 tentang otonomi khusus, peluang keterlibatan Muslim di pemerintahan semakin terbuka lebar. (baca: Peluang dan Tantangan di Era Otonomi) Hanya saja diperlukan kekompakan dari segenap elememen

Muslim baik para intelaktualnya, ormas Islam, alim ulama, tokoh pemuda, mahasiswa dan remaja, pondok-pondok pesantren, dll.

Tanpa dengan itu mereka akan tetap terpinggirkan, dan bahkan tidak mustahil akan menjadi ‘kambing hitam politik’ oleh kelompok kepentingan yang sudah lama ingin menguasai Papua (Kristen).

(sumber: hidayatullah.com)

Rabu, Mei 11, 2011

Keutamaan Sifat Qona’ah



Dari Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ وَرُزِقَ كَفَافًا وَقَنَّعَهُ اللَّهُ بِمَا آتَاهُ
Sungguh sangat beruntung seorang yang masuk Islam, kemudian mendapatkan rizki yang secukupnya dan Allah menganugrahkan kepadanya sifat qana’ah (merasa cukup dan puas) dengan rezki yang Allah berikan kepadanya”[1].
Hadits yang mulia menunjukkan besarnya keutamaan seorang muslim yang memiliki sifat qanaa’ah[2], karena dengan itu semua dia akan meraih kebaikan dan keutamaan di dunia dan akhirat, meskipun harta yang dimilikinya sedikit[3].
Beberapa faidah penting yang terkandung dalam hadits ini:
- Arti qanaa’ah adalah merasa ridha dan cukup dengan pembagian rizki yang Allah Ta’ala berikan[4].
- Sifat qana’ah adalah salah satu ciri yang menunjukkan kesempurnaan iman, karena sifat ini menunjukkan keridhaan orang yang memilikinya terhadap segala ketentuan dan takdir Allah, termasuk dalam hal pembagian rizki. Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Akan merasakan kemanisan (kesempurnaan) iman, orang yang ridha kepada Allah Ta’ala sebagai Rabb-nya dan islam sebagai agamanya serta (nabi) Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallamsebagai rasulnya”[5].
Arti “ridha kepada Allah sebagai Rabb” adalah ridha kepada segala perintah dan larangan-Nya, kepada ketentuan dan pilihan-Nya, serta kepada apa yang diberikan dan yang tidak diberikan-Nya[6].
- Yang dimaksud dengan rizki dalam hadits ini adalah rizki yang diperoleh dengan usaha yang halal, karena itulah yang dipuji dalam Islam[7].
- Arti sabda beliau: “…yang secukupnya” adalah yang sekedar memenuhi kebutuhan, serta tidak lebih dan tidak kurang[8], inilah kadar rizki yang diminta oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Allah untuk keluarga beliau , sebagaimana dalam doa beliau: “Ya Allah, jadikanlah rizki (yang Engkau limpahkan untuk) keluarga (Nabi) Muhammad (shallallahu ‘alaihi wa sallamQuutan[9]. Artinya: yang sekedar bisa memenuhi kebutuhan hidup/seadanya[10].
- Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bukanlah kekayaan itu karena banyaknya kemewahan dunia (harta), akan tetapi kekayaan (yang hakiki) adalah kekayaan (kecukupan) dalam jiwa (hati)”[11].
- Dalam hadits lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “…Ridhahlah (terimalah) pembagian yang Allah tetapkan bagimu maka kamu akan menjadi orang yang paling kaya (merasa kecukupan)”[12].
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين
Kota Kendari, 29 Jumadal ula 1432 H

Senin, Mei 09, 2011

Keluar Dari Lingkaran Riba : Sulit Tetapi Harus Terus Diupayakan…


Ketika Fatwa MUI no 1 tahun 2004 tentang bunga bank riba dikeluarkan, saat itu saya masih aktif di perusahaan yang berhubungan langsung dengan fatwa ini. Sebelum adanya fatwa ini keharaman bunga bank memang masih banyak diperdebatkan, organisasi masa Islam yang besar-besar pun saat itu belum menyatakan bahwa bunga bank adalah riba. Tetapi setelah adanya fatwa yang dikeluarkan oleh Komisi Fatwa – Majelis Ulama Insonesia – yang mewakili seluruh elemen penting umat Islam negeri ini – maka menurut saya sudah tidak ada lagi yang perlu diperdebatkan, tinggal tantangannya adalah bagaimana kita bisa mengikuti fatwa para ulama ini dengan mencari solusinya.
Karena isi dari fatwa tersebut diatas tidak hanya terbatas pada produk-produk perbankan tetapi juga menyangkut seluruh produk-produk institusi keuangan lainnya, lantas bagaimana para eksekutif dan karyawan perbankan serta industri keuangan lainnya merespon fatwa ini ?. Secara umum saat itu saya berusaha memetakannya kedalam empat kelompok yang merespon-nya secara berbeda.
Kelompok pertama adalah kelompok yang tidak tahu atau tidak mau tahu tentang adanya fatwa tersebut diatas – bagi kelompok ini, ada atau tidak adanya fatwa riba ini tidak berpengaruh sama sekali terhadap pekerjaannya hingga kini. Kelompok yang kedua adalah kelompok yang tahu ada fatwa ini – tetapi mereka merasa ‘lebih tahu’ tentang haram tidaknya bunga bank – maka bagi kelompok yang kedua ini fatwa diatas juga tidak berpengaruh pada pekerjaannya.
Kelompok yang ketiga adalah kelompok yang menerima fatwa tersebut dan berusaha mentaatinya – hanya tidak atau belum tahu harus bagaimana. Kelompok yang keempat adalah kelompok yang menerima fatwa tersebut dan mulai membuat rencana-rencana bagaimana menjauhi riba dalam kehidupan modern yang bentuk-bentuk ribanya sudah sangat sophisticated ini. Untuk kelompok ketiga dan keempat inilah tulisan ini saya buat, mudah-mudahan bermanfaat.
Pasca keluarnya fatwa tersebut diatas, saya juga berusaha memetakan lebih jauh lagi seperti apa sesungguhnya riba yang mengepung kehidupan kita sehari-hari ini – bukan hanya mengepung para eksekutif dan pekerja di perbankan dan industri keuangan lainnya, tetapi mengepung seluruh masyarakat pekerja. Kepungan riba atau saya sebut sebagai lingkaran riba ini dapat dilihat pada ilustrasi dibawah ini. Lingkaran merah adalah ribanya, sedangkan garis-garis putih adalah celah-celah dimana kita bisa (berusaha) keluar dari lingkaran riba ini. Anda bisa perhatikan bahwa celah ini begitu kecil untuk menunjukkan betapa susahnya keluar dari lingkaran riba itu sekarang.
Lingkaran RibaLingkaran Riba

Melihat betapa sulitnya kita keluar dari lingkaran riba di jaman ini, maka sangat bisa jadi jaman ini adalah jaman yang sudah dikabarkan ke kita oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam melalui haditsnya :
Sungguh akan datang pada manusia suatu masa (ketika) tiada seorangpun di antara mereka yang tidak akan memakan (harta) riba. Siapa saja yang (berusaha) tidak memakannya, maka ia tetap akan terkena debu (riba)nya” (HR Ibnu Majah, HR Sunan Abu Dawud, HR. al-Nasa’i dari Abu Hurairah).
Untuk menggambarkan betapa riba tersebut telah mengepung Anda, berikut adalah situasinya :
· Bila Anda bekerja di perusahaan atau instansi apapun kini, hampir dapat dipastikan perusahaan atau instansi Anda menaruh sebagian besar dananya di bank konvensional dalam bentuk rekening koran, deposito dlsb. Bunga kemudian mengalir ke rekening ini – dan sampai pula ke gaji Anda, tunjangan, bonus dlsb.
· Selain gaji, sebagai karyawan Anda juga memperoleh jaminan kesehatan, dana pensiun, jaminan perlindungan kecelakaan kerja dlsb. Dimana dana-dana ini dikelola ? lagi-lagi mayoritasnya adalah di industri keuangan konvensional yang terkena fatwa riba tersebut diatas.
· Darimana Anda bisa tahu bahwa sebagian besar perusahaan atau instansi menggunakan bank dan industri keuangan konvensional untuk menaruh atau mengelola uangnya ?, Anda bisa tahu dari pangsa pasar bank dan industri keuangan syariah yang masih sangat kecil dibandingkan dengan yang konvensional. Artinya mayoritas perusahaan dan instansi masih menggunakan yang konvensional ketimbang yang syariah - tujuh tahun lebih sejak keluarnya fatwa riba tersebut diatas !.
Terlepas dari adanya kritik sebagian masyarakat yang menyatakan bahwa bank dan industri keuangan syariah-pun belum sepenuhnya syar’i, saya condong untuk mengajurkan penggunaan yang sudah berusaha menuju yang syar’i ini ketimbang yang terang-terangan tidak menghiraukan fatwa riba ini.
Untuk bank konvensional yang infrastruktur teknologi dan layanannya sudah jauh lebih unggul yang dalam realitasnya sudah banyak memberi manfaat untuk kepentingan transfer dana dlsb. Bisa saja bank-bank seperti ini tetap digunakan tetapi produk-produk ribawinya harus dihilangkan. Rekening koran misalnya tidak usah diberi bunga, tetapi gantinya diberikan dalam bentuk layanan yang sebaik-baiknya – karena masyarakat yang sadar keharaman bunga bank tidak membutuhkan bunga tetapi membutuhkan layanan yang baik. Produk semacam deposito misalnya, tidak perlu lagi digunakan karena kalau ada kelebihan dana – diputar di bisnis yang riil insyaAllah sudah akan lebih baik daripada sekedar ditaruh di deposito.
Untuk produk-produk asuransi, dana pensiun, jaminan kesehatan , jaminan kecelakaan kerja dlsb. menurut saya harus ada perlindungan konsumen muslim secara maksimal, jangan sampai pemenuhan kebutuhan hajat hidup orang banyak ini dipenuhi atau dikelola secara ribawi. Bayangkan misalnya ada keluarga Anda jatuh sakit, tetapi kemudian dirawat oleh perusahaan dengan jaminan asuransi yang dikelola secara ribawi (berdasarkan fatwa tersebut diatas) – do’a orang sakit yang seharusnya terkabulkan menjadi tidak terkabulkan karena pengaruh riba yang bisa jadi tidak Anda sadari.
Begitu pula ketika Anda berangkat pensiun, sudah seharusnya pada usia ini Anda berusaha mendekat kepada Sang Maha Pencipta. Tetapi tanpa Anda sadari, dana pensiun yang Anda gunakan sebagai bekal sebagiannya berasal dari riba yang terbawa oleh pengelolaan dana pensiun yang juga belum menghiraukan fatwa riba tersebut diatas.
Solusi bank syariah, asuransi syariah, dana pensiun syariah dlsb. bisa terus disempurnakan dan diupayakan untuk menjadi solusi yang bener-bener syar’i; namun solusi syar’i yang paling luas aplikasinya dan sesuai tuntunan yang sesungguhnya adalah menggalakkan perdagangan atau jual beli dan sedekah. Di dalam Al-Quran, ‘lawan’ dari riba hanyalah jual beli dan sedekah; maka inilah yang seharusnya digalakkan di masyarakat dan diajarkan sejak anak-anak. Anak-anak lebih baik diajari berdagang dan bersedekah ketimbang diajari menabung.
“… Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…” (QS 2 : 275)
“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah…” (QS 2 : 276).
Tetapi jual beli-pun mudah sekali terjatuh pada riba bila tidak mengikuti ketentuan syariat jual beli, inilah sebabnya mengapa Umar bin Khattab ketika menjadi muhtasib (pengawas pasar) mengingatkan agar tidak berjualan di pasarnya bila tidak memahami syariat jual beli.

Sabtu, Mei 07, 2011

Dampak Inflasi : Mengapa Yang Miskin Harus Membayar Lebih Mahal...?.


Pada bulan Maret lalu di sebuah negara bagian di Amerika Serikat, Federal Reserve President dari negara bagian tersebut berusaha ‘menghibur’ rakyatnya dalam sebuah pidato , “bahwa masyarakat tidak perlu mencemaskan inflasi, toh masyarakat kini bisa membeli Ipad 2 dengan harga yang sama dengan Ipad 1 padahal Ipad 2 ini kemampuannya dua kali lipat dari Ipad 1. Masyarakat harus melihat harga-harga dari keseluruhan barang”. Serentak masyarakat yang hadir dan mendengar pidato tersebut berteriak “ tetapi kami kan tidak makan Ipad ?”. Begitulah inflasi ini selalu dikomunikasikan oleh otoritas suatu negara, bahwa seolah tidak ada hal yang buruk tentang inflasi ini.
Kemarin ketika melihat berita di televisi, bahwa berdasarkan pemantauan BPS di 66 kota di Indonesia terjadi negatif inflasi ( deflasi) – 0.31 % sepanjang bulan April 2011, saya bersyukur – Alhamdulillah bahwa harga-harga akhirnya bisa direm laju kenaikannya. Maka saya-pun tertarik pingin tahu detilnya, dimana harga barang-barang yang turun tersebut dan bagaimana big picture inflasi ini setahun terakhir, berikut adalah summary dari data inflasi paling mutakhir yang di release oleh BPS.
BPSSumber : BPS

Betul, telah terjadi penurunan harga bahan makanan 1.90 persen untuk bulan April 2011 dan secara kumulatif turun 2.02 persen untuk tahun kalender 2011 (4 bulan) . Namun secara keseluruhan inflasi bahan makanan setahun terakhir (12 bulan) masih berada pada angka 11.08 % - jauh lebih tinggi dari inflasi umum yang ‘hanya’ 6.16%.
Di sinilah menyakitkannya inflasi itu, sama dengan kasus di Amerika tersebut di atas – karena system keuangannya juga sama – bahwa inflasi lebih banyak memukul masyarakat bawah ketimbang masyarakat yang diatas.
Bila Anda mampu membeli handphone, mampu bepergian naik pesawat terbang, mampu membeli produk-produk financial seperti asuransi dlsb – maka Anda tidak akan terlalu merasakan beratnya kenaikan harga kebutuhan sekunder atau bahkan tersier ini – karena tingkat inflasinya setahun terakhir hanya 2.93 %. Tetapi bagi masyarakat yang penghasilannya hanya cukup untuk makan atau memenuhi kebutuhan primer-nya, inflasi yang menghantam mereka mencapai 11.08 %.
Katimpangan semacam ini bukan hanya terjadi tahun ini, rata-rata inflasi lima tahun terakhir untuk bahan pangan adalah 12 %, sedangkan inflasi umum hanya 6,8 %, jadi secara persistent beban hidup masyarakat bawah terus semakin berat sementara masyarakat yang mampu tidak mengalami peningkatan beban yang seberat mereka.
Bila ketidak adilan ekonomi dimana rakyat kecil menjadi korban inflasi yang lebih berat dari masyarakat yang mampu ini sudah berlangsung selama bertahun-tahun, dan nampaknya belum ada upaya konkrit untuk membalik arah, lantas apakah semua kita akan diam dan tidak berbuat sesuatu ?. Tentu maksud saya bukannya demo atau membuat revolusi yang malah bisa meningkatkan inflasi, tetapi maksud saya berbuat sesuatu yang riil dan konkrit di masyarakat yang bisa meredam inflasi atau setidaknya menggeser penekanan inflasi, dari yang berat mengenai kebutuhan primer bahan pangan – pindah ke berat mengenai kebutuhan sekunder atau tersier – kalau toh inflasi masih harus tetap ada !.
Mudahkan ini untuk dilakukan ?, tentu tidak mudah tetapi tidak mustahil – kurang lebih berada dibaina mumkin wal mustahil – begitulah. Seberapapun berat upaya ini kudu mulai dilakukan karena kalau tidak maka rakyat akan semakin menderita, dan tidak terbayang penderitaan ini dalam time frame 10 – 20 tahun kedepan !.
Konkritnya seperti apa ?, karena yang mejadi masalah adalah kenaikan harga bahan makanan yang jauh melampaui kebutuhan lainnya, sedangkan kita semua tahu bahwa harga ini terkait supply dan demand– tidak mungkin mengerem demand karena ini kebutuhan pokok – maka tinggal satu yang harus digarap besar-besaran yaitu sisi supply-nya.
Bagian terbesar dari sumber daya yang ada di negeri ini baik lahan, investasi/dana, pemikiran dan tenaga (SDM) harus di fokuskan untuk mengatasi kebutuhan bahan makanan. Ini harus dilakukan paling tidak tujuh tahun – sampai supply mencukupi dan inflasi bahan makanan dapat diredam.
Selain mendandani sisi supply, juga harus ada upaya mendandani pasar agar tidak terjadi monopoly, penimbunan, kartel, permainan tengkulak dlsb. yang semua aturan jelasnya sudah ada di pengaturan pasar menurut syariah Islam.
Maka disinilah sekali lagi bukti kebenaran Islam itu, ketika masyarakat di Amerika dalam contoh tersebut di atas maupun di Indonesia ini tidak ketemu solusi untuk mengatasi problema mendasar dalam pemenuhan kebutuhan primernya – yaitu inflasi bahan kebutuhan pokok yang terus mencekik leher, solusinya-pun dalam paket yang komprehensif menyeluruh adanya di syariah Islam. Tiga pointssaja dari sekian banyak aturan syariah diterapkan, insyaAllah inflasi itu akan menghilang dengan sendirinya.
Tiga points ini masing-masing adalah Uang yang tidak bisa dicetak secara sembarangan, penggunaan lahan yang produktif, pasar yang adil dan bisa diakses oleh seluruh umat
Karena inflasi adalah nyata dan korban inflasi juga nyata, maka upaya untuk menghilangkan inflasi dan penyebab-penyebabnya juga harus nyata. Tidak cukup hanya ditulis atau diwacanakan, tidak cukup dengan dibuat seminar, workshop dan dibuat perundangannya, tetapi harus dengan karya nyata – setiap diri kita insyaallah bisa berkontribusi untuk amal nyata mencegah kelaparan ini. Amin.


Kamis, Mei 05, 2011

Berubah Itu Langkah Demi Langkah


Banyak orang yang inginberubah. Namun dia merasakan begitu sulitberubah. Apa penyebabnya?

Bagaimana bisa? Inilah kuncinya. Ini adalah kunci yang bisa membuat perbedaan sangat mendasar. Pemahaman inilah yang menjadikan seseorang menjelma menjadi orang hebat atau tidak. Inilah rahasia berubah!

Rahasia Berubah Itu Langkah Demi Langkah

Orang bisa memakan sepeda, bahkan Harley Davidson, karena mereka memakannya secara bertahap. Pemakan sepeda memotong-motong sepedanya, bahkan dihancurkan, kemudian dimakan sedikit demi sedikit. Akhirnya dia bisa menghabiskan sepeda (masuk ke dalam perutnya) dalam waktu 3 bulan.
Lama? Iya, memang lama. Tetapi berhasil. Jika sepeda hanya pelototi saja. Jika kita hanya memikirkan bagaimana cara makan sepeda sekaligus, kita bisa menyerah. Langsung saja kita mengatakan: “Mustahil!”
Begitu juga dalam berubah. Jika Anda ingin menjadi seseorang yang lebih baik, mulailah berubah. Langkah demi langkah, jangan berpikir sekaligus. Saat kita berpikir bahwa kita harus berubah sekaligus, meski mulut tidak berucap, pikiran bawah sadar kita akan mengatakan itu mustahil. Apa akibatnya? Dia tidak mengambil langkah untuk berubah.
Bagaimana kita bisa menghafal Al Quran? Bukankah banyak sekali? Para penghafal Al Quran menghafal ayat demi ayat, bahkan bisa jadi satu ayat pun di potong-potong dulu agar mudah menghafalnya.
Berubah itu selangkah demi selangkah. Sama seperti Anda makan, sesuap demi sesuap.

Berubah Sedikit Tetapi Kontinyu

Sepotong demi sepotong, sepeda pun habis dimakan. Selangkah demi selangkah, para pelari marathon pun bisa melalui puluhan kilo meter. Putaran demi putaran ban mobil Anda, ratusan kilo meter pun bisa ditempuh.
Jangan anggap sepele perubahan yang kecil atau sedikit. Jika dilakukan secara kontinyu, akan membawa perubahan besar dalam hidup Anda. Seorang trainer (Wiwoho) pernah mengatakan Kesuksesan besar adalah kasil dari kumpulan kesuksesan-kesuksesan kecil.
Rasulullah saw, dengan indah bersabda:
Amalan-amalan yang paling disukai Allah ialah yang lestari (langgeng atau berkesinambungan) meskipun sedikit. (HR. Bukhari)
Lakukanlah perubahan itu, meski pun kecil, sebab tidak ada yang kecil jika kita melakukan secara terus menerus, langkah demi langkah.
Siap-siap…. berubah!

Rabu, Mei 04, 2011

Teori Itu Mudah, So What?


Teori itu mudah. Akrab dengan kalimat itu? Banyak orang yang berkata seperti itu saat menerima nasihat dari orang lain. Teorinya sich mudah, tetapi prakteknya sulit. Benar? Benar sekali. Lalu apa? Lalu bagaimana?
Seseorang yang berpikiran maju, tidak akan berhenti sampai disini. Bahkan, tidak perlu mengatakan hal ini. Praktek lebih sulit dari teori. Semua orang juga tahu! Buat apa kita terus mengatakan hal ini?

Memangnya kenapa kalau terus mengatakannya?

Anda akan fokus pada kata “sulit”. Fokus pada kata sulit bisa menghentikan Anda. Fokus pada kata sulit bisa menurunkan kinerja Anda. Juga, bisa membuat Anda malas.
Sahabatku, semua orang tahu, praktek itu memang sulit. Perlu usaha dan kerja keras untuk melakukan sesuatu yang baik. Termasuk, saya juga tahu bagaimana sulitnya memotivasi orang, apalagi orang yang bawaannya malas. Namun jika terus saya pikirkan, malah saya akan berhenti menulis artikel motivasi.
Untuk itu berhentilah mengatakan teori itu mudah tetapi prakteknya sulit. Semua orang sudah tahu. Yang jelas ada yang lebih penting dari ini, yaitu
  • Pahamilah bahwa teori itu sebenarnya membuat Anda lebih mudah bertindak. Teori akan memberikan arahan dan gambaran bagaimana kita bertindak, meski tidak 100% sama. Teori ibarat secercah cahaya yang akan menerangi jalan Anda. Secercah cahaya itu jauh lebih baik dibandingkan berjalan di tengah kegelapan.
  • Untuk melakukan kebaikan dan meraih sukses itu memang sulit. Maka, langkah Anda sekarang ialah terus meningkatkan kualitas diri agar Anda mampu menjalankan hal yang lebih sulit. Agar Anda menjadi kuat dan tangguh sehingga tidak kalah dengan kata sulit
  • Yakinlah bahwa sesulit apa pun beban yang ada di depan Anda, Anda akan mampu menjalaninya sebab Allah tidak akan memberikan beban diluar kemampuan Anda. Silahkan lihat QS.2:286.
  • Bukan hasil yang tujuan utama. Namun bagaimana proses Anda meraih hasil dan sikap serta akhlaq Anda baik dalam proses maupun terhadap hasil. Jika Anda menyikapi proses dengan sabar, tawakal, dan iktiar yang optimal, bagaimana pun hasilnya, Anda tetap beruntung. Begitu juga, jika Anda menerima hasil akhir dengan tabah dan bersyukur, itulah yang akan menjadikan Anda lebih baik. Dan, Anda pasti sanggup untuk bersikap demikian.

Penyebab Selalu Mengatakan Teori Itu Mudah

Jika ada orang yang selalu mengatakan “teori itu mudah, tetapi prakteknya sulit”, artinya pada orang tersebut adalah masalah mental yang perlu disembuhkan. Minimal salah satu masalah dibawah ini:
  • Ini sebuah pembenaran. Jika ada sebuah pembenaran maka seakan dia boleh tidak melakukan, boleh melakukan tetapi tidak maksimal. Seolah-olah dia merasa wajar jika tidak melakukannya karena sulit. Padahal, jika Anda menemukan kesulitan artinya Anda sedang berhadapan dengan sebuah tangga yang akan membawa Anda menuju posisi yang lebih baik. Untuk menaiki tangga memang perlu usaha. Jika Anda mau melalui kesulitan, artinya Anda akan menjadi pribadi yang lebih baik.
  • Diawali oleh rasa rendah diri. Merasa diri tidak sanggup untuk melakukan hal tersebut, sehingga dia cepat-cepat mengatakan sulit. Ini tanda-tanda tidak percaya diri yang harus segera Anda sembuhkan.
  • Bisa juga dikarenakan sifat malas yang sudah melekat pada diri sendiri. Salah satu ciri orang malas ialah tidak mau berusaha. Hanya memilih tindakan-tindakan yang mudah dan biasa dilakukan saja.
Jika ada ingin yang mudah-mudah saja, artinya Anda betah di zona nyaman Anda. Padahal yang namanya zona nyaman hanyalah ilusi. Hentikan Anda mengatakan teori itu mudah dan beralihlah ke zona sukses.