| 
  
    
      | 
  
    
      | 
     
| Oleh Muhaimin Iqbal | 
| 
 
Carut
 –marutnya negeri ini yang sangat akrab dengan berbagai isu korupsi, 
ketidak-adilan, kemiskinan dan berbagai tindak kejahatan pastinya tidak 
terjadi secara tiba-tiba. Generasi muda yang 14 tahun lalu menggoyang 
kemapanan yang dinilainya korup, akhirnya tidak sedikit yang berbuat 
yang sama ketika mereka mendapatkan kesempatannya. Mengapa budaya buruk 
seperti korupsi, ketidak-adilan dan berbagai bentuk kejahatan lainnya 
ini begitu mudah menular ?, apanya yang salah di negeri ini ?, salah 
satunya yang bisa di blame adalah system pendidikan-nya. 
Ketika
 pendidikan kita hanya fokus menghasilkan para intelektual duniawi, maka
 tidak ada jaminan bahwa kepandaian mereka akan bermanfaat bagi dirinya 
sendiri apalagi bagi orang lain. Kepandaian mereka justru bisa 
membahayakan orang lain, seperti berbagai korupsi yang dirancang dengan 
canggih sehingga bisa terbebas dari jeratan hukum formal. 
Jadi
 apa yang harus kita persiapkan agar generasi yang akan datang tidak 
bertambah buruk ?. Bukan harta dan bukan pula ilmu yang terpenting, 
tetapi iman-lah yang terpenting. Kita akan merasa nyaman meninggalkan 
anak-cucu keturunan kita menyongsong masa depannya, bila kita bisa yakin
 dengan bekal iman mereka. 
Inilah petunjuk dari Allah yang disampaikan ke kita melalui kisah Nabi Yakub menjelang kematiannya : “Adakah
 kamu hadir ketika Yakub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia 
berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" 
Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, 
Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya 
tunduk patuh kepada-Nya." (QS 2 : 133) 
Generasi
 sekarang memang tidak sampai menyembah berhala dalam arti harfiah, 
tetapi berhala-berhala lain berupa kekuasaan, harta, kedudukan, jabatan,
 status sosial dlsb. adalah berhala-berhala modern yang digandrungi umat
 generasi ini.   
Ketika
 seorang pejabat public menyalah gunakan kekuasaannya untuk korupsi, dia
 sedang kehilangan imannya. Ketika hakim berkelit memutus perkara hanya 
menggunakan pasal-pasal hukum formal dan meninggalkan keadilan yang 
sesungguhnya, dia sedang kehilangan imannya. Ketika seorang pegawai rela
 disuruh atasannya untuk suap sana sini dalam memenangkan project, 
ketika pegawai dengan sukarela makan riba maka mereka-pun lagi 
kehilangan imannya. 
Tetapi
 bagaimana kita bisa membekali anak-anak kita dengan keimanan seperti 
anak-anak Nabi Yakub ?, bila les bahasa Inggris, matematika, fisika atau
 bahkan les piano, menari, melukis dlsb. dianggap penting sedangkan 
pelajaran keimanan di sekolah maupun di rumah hanya menjadi pelengkap 
saja ?. 
Maka
 inilah saatnya kita untuk merubah fokus pendidikan anak-anak kita, kita
 siapkan mereka dengan bekal terbaiknya. Mereka dididik bukan hanya 
dengan ilmu tetapi lebih penting dari itu adalah pendidikan iman yang 
sampai mendarah daging terinternalisasi dalam diri mereka. 
Lantas
 bagaimana agar pendidikan yang mendahulukan iman dari yang lain ini 
bisa diimplementasikan secara masal di masyarakat ?, bukan hanya sekedar
 jargon yang sekarang-pun sudah marak di sekolah-sekolah tertentu ?. 
Maka blue print pendidikan itu nampaknya memang harus dirombak total. 
Perubahan
 mendasar yang saat ini sedang kami persiapkan dalam Yayasan Al-Fatih 
Pilar Peradaban adalah kurang lebih sebagai berikut : 
Anak-anak usia 4-12 tahun tidak ber-‘sekolah’ di Kindergarten , Playgroup,
 TK dan SD karena pola pendidikan yang berasal dari 4 abad terakhir 
tersebut jelas sumbernya bukan dari Islam. Kita harus membawa pola 
pendidikan ini ke masa-masa awal kejayaan Islam, agar generasi dengan 
keunggulan yang sama bisa dihasilkan. 
Anak-anak
 generasi unggulan islam dididik di tempat-tempat yang disebut Kuttab, 
maka istilah Kuttab inipun yang akan kami gunakan. Tetapi bukan sekedar 
nama, kurikulumnya memang secara mendasar berbeda dengan sekolah-sekolah
 yang kita kenal sekarang. 
Porsi
 pengenalan sekaligus praktek penanaman atau internalisasi iman pada 
anak didik menjadi yang utama, ini terkait dengan aqidah, akhlak, ibadah
 dan muamalah. Kemudian Al-Qur’an, ini sesuai dengan apa yang dikabarkan
 oleh Shahabat mulia Jundub bin Abdillah radhiallahu’anhu tentang urutan substansi pembinaan generasi oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassallam. “Beliau mengajari iman sebelum al-Qur’an, ketika kami diajari al-Qur’an maka iman kami semakin bertambah.” 
Bagaimana
 konkritnya penanaman iman dalam diri siswa ini ?. Petunjuknya ada di 
Shahih Muslim dan Shahih Bukhari dengan narasi berbeda , bahwa “iman itu ada 70 lebih cabang dan malu adalah termasuk iman”.
 Kemudian ulama hadits ternama yang mengumpulkan 70-an cabang iman itu –
 Imam al-Baihaqi berhasil mengidentifikasi 77 aplikasi iman.  Karya agung ini ditulis dalam 14 jilid yang masing-masing jilid sekitar 550 halaman !. 
Itulah
 sumber-sumber materi penananam iman pada para anak didik kita nantinya.
 Reaksi spontan orang yang mendengarnya rata-rata adalah “berat amat silabus-nya ?”.
 Tentu untuk anak-anak usia 4-12 tahun, materi tersebut harus 
disampaikan dengan cara yang sesuai usianya. Bukan hanya dengan teori 
dan pembahasan yang njlimet, tetapi juga melalui praktek mencoba, 
melatih dan membiasakan sehingga seluruh cabang-cabang iman bener-bener 
mendarah daging pada anak didik. 
Salah
 satu contoh materi misalnya adalah mengenal, mencoba dan mempraktekkan 
cabang iman yang rata-rata kita orang dewasa-pun tidak mengenalnya yaitu
 “berpaling dari perkara yang sia-sia”. Bisa Anda bayangkan dampaknya pada anak Anda, bila menancap pada dirinya iman yang terkait dengan meninggalkan perkara yang sia-sia
 ini, bukan hanya paham tetapi juga mampu menerapkannya sejak dini. 
InsyaAllah kelak akan menjadi orang yang sangat efektif dalam setiap 
perbuatannya, itulah salah satu bekal generasi unggulan itu – padahal 
dia masih punya 70 lebih bekal lainnya !. 
Kebanyakan
 orang tua juga akan kawatir bagaimana masa depannya terkait dengan 
sekolah lanjutannya, pekerjaannya kelak dlsb. Meskipun dengan bekal iman
 kekhawatiran semacam ini sebenarnya tidak perlu ada, tetapi sebagai 
langkah-langkah ikhtiari tentu kita juga menyiapkan anak-anak didik 
dengan ilmu-ilmu umum seperti matematika, bahasa, sains, sosial dan 
ke-professian. 
Bahkan di beberapa sekolah di luar system pendidikan formal yang saya kenal,
 mereka berhasil menyiapkan anak didiknya untuk memperoleh ijazah 
nasional hanya dengan persiapan kejar paket kurang dari 6 bulan. Artinya
 kita bisa membekali anak didik dengan bekal yang utama yaitu iman, 
tanpa perlu khawatir anak-anak ini nantinya tidak bisa melanjutkan 
pendidikan di tingkat berikutnya. 
Tetapi
 di mana ‘sekolah’ atau Kuttab ini ada dan kapan ?. Insyaallah yang 
pertama akan lahir di Depok, pendaftaran untuk anak-anak usia 4-9 tahun 
akan mulai dibuka Februari ini dan mulai aktifitas belajar mengajar 
sekitar Ramadhan tahun ini. Jauh dari tempat Anda ?. 
Tidak
 usah kawatir, penyebaran Kuttab melalui rumah belajar-rumah belajar di 
seluruh tanah air akan dapat segera pula dilakukan setelah pilot project
 yang di Depok ini jalan. Jadi tahun depan, insyaAllah Anda dengan 
masyarakat sekeliling Anda bisa menyiapkan Kuttab di lingkungan Anda 
dengan modul, silabus, standar penguasaan guru dlsb.  dari team di Yayasan Al-Fatih Pilar Peradaban yang akan terus menyempurnakan materi pengajaran dan prakteknya. 
Tidak
 perlu membuang tenaga dan dana untuk membangun gedung-gedung sekolah 
yang membebani siswa (karena mereka yang membayar uang gedung !), dari 
rumah-rumah-pun cukup untuk melahirkan sebuah Kuttab di lingkungan Anda.
 Unsur utama pendidikan adalah adanya anak didik, adanya guru yang 
kompeten dan adanya materi ajar mengajar yang tepat sasaran.  Gedung
 dan sarana lainnya hanyalah penunjang, jangan sampai yang penunjang ini
 justru menjadi halangan bagi hadirnya pendidikan yang baik untuk 
anak-anak kita. 
Bila
 anak-anak belia atau cucu-cucu kita bisa belajar dan mempraktekkan 
keimanan yang benar, lantas bagaimana dengan anak-anak kita yang 
terlanjur sudah dewasa tanpa pembekalan keimanan yang cukup ?, bagaimana
 pula dengan diri-diri kita yang terlanjur tua juga tanpa bekal iman 
yang memadai ?. 
Kelas-kelas
 keimanan dan pelatihan prakteknya – untuk remaja dan dewasa (orang tua)
 juga insyaallah akan dapat dibuka di Depok tahun ini pula. Hal yang 
sama kemudian dapat di copy paste ke seluruh penjuru tanah air. 
Bila blue print pendidikan keimanan dan praktek-nya ini dapat bener-bener disebar luaskan secara masal, maka itulah yang saya sebut Quantum Leap Iman. Bila mobile phone, internet, facebook, twitter saja bisa mengalami quantum leap dalam penyebarannya, masak hal yang amat sangat penting bagi kehidupan kita – yaitu iman ini tidak bisa kita quantum leap-kan ?. InsyaAllah Bisa !. 
 | 



Tidak ada komentar:
Posting Komentar