Rabu, Maret 15, 2006

Ramalan Cuaca

Ramalan Cuaca
www.weer.nl

Pernahkah anda merasa perlu untuk melihat ramalan cuaca yang paling akhir dan aktual untuk mengatur persiapan kegiatan esok hari atau bahkan pagi, siang dan sore ini? Saya hampir yakin meskipun belum pernah mengadakan penelitian hampir tidak satupun dari kita yang secara khusus menyimak ramalan cuaca yang disajikan oleh Badan Meteorologi dan Geofisika. Barangkali ibu rumah tangga, pembantu rumah tangga lebih berkepentingan karena perlu untuk mengambil keputusan menjemur atau cukup amankah untuk meninggalkan jemuran di luar. Tetapi sayapun yakin kelompok tersebut juga tidak akan melihat ramalan cuaca untuk memastikan rencananya. Mungkin mereka hanya akan saling bertanya satu sama lain ’hujan tidak ya nanti siang?’ atau melihat ke atas dan mencoba memperkirakan. Sebagian dari mereka cukup ahli untuk memperkirakan lho!

Bagi kalangan atas yang biasa bepergian dengan pesawat, barangkali juga tidak merasa perlu memperhatikan inforamsi cuaca di tempat mendarat yang selalu disajikan oleh awak pesawat, toh tidak banyak bedanya dengan saat kita berangkat. Karena apa? Barangkali ada yang menjawab ’ah ramalan banyak tidak akuratnya’. Atau ’apa pentingnya, kalau tidak panas ya pasti hujan’. Tentu saja karena kita hanya punya dua musim dan barangkali kalau boleh ditambahkan satu musim pancaroba (peralihan) yang secara umum setiap orang bisa memperkirakan kapan waktunya. Tidak banyak perbedaan kondisi dari hari ke hari atau dari waktu ke waktu dalam satu hari jika sedang berada dalam satu musim. Jadi tidak ada gunanya bukan melihat ramalan cuaca? Sekali dua kali kehujanan, menunggu hujan reda atau menjemur ulang bukanlah suatu masalah.

Saya hampir berpikir serupa ketika harus pergi ke Belanda tepatnya di Groningen. Dalam surat terakhir saya bertanya bagaimana cuaca di sana pada bulan kedatangan saya. Informasi yang saya dapatkan adalah perkiraan suhu pada bulan april 8-15 derajat celsius, dengan matahari dan hujan rintik-rintik, jadi persiapkan umbrella dan sweater tidak perlu jaket musim dingin. Saya datang bukan hanya ada musim yang tepat tapi juga pada hari yang tepat, karena sebelumnya masih ssuhu dibawah 8 dan hujan es terkadang. Tetapi pada hari kedatangan saya matahari bersinar dengan manisnya selama seminggu serasa di malang batu saja hanya tidak pernahpanas menyengat. Semua orang memilih untuk duduk diluar kafe ketika makan, atau minum teh diluar gedung menikati matahari yang lumayan mahal di groningen. Well saya berpikir hmm spring dan summer yang indah...Ee tunggu dulu minggu minggu berikutnya tidak semanis yang saya bayangkan.

Cuaca berubah dari waktu ke waktu, hari bahkan menit karena itu ditempat umum selalu ada informasi waktu dan suhu. Pada hari yang sama pagi hari matahari bersinar terik siang mendung kilat, guntur dan hujan es kemudian sore terang benderang hujan lagi hingga dini hari. Jadi biarpun langit terang jangan memastikan tidak membawa jas hujan atau payung, tapi pastikan anda menjadi pengamat berita cuca di malam hari or pagi. Hujan bisa datang dimusim semi sekalipun. Kalau anda pengamat langit barangkali bisa melihat fenomena alam yang indah pergantian antara mendung gelap yang diterpa oleh angin berganti dengan langit cerah hmmm..

Saya baru tahu arti pentingnya ramalan cuaca. Dan selanjutnya berperilaku seperti orang belanda lainnya berusaha membaca koran setiap hari hanya utk melihat cuaca (karena cukup bisa dipahami dg gambar meskipun bahasa belanda he he), atau ketika nunut melihat tv juga memastikan berita cuaca, dan menjadikan situs www.weer.nl sebagai salah satu file favorit. Saking concernnya dengan cuaca teman seruang saya di kantor bahkan selalu menghitung waktu antara kilat dan petir/guntur dan kemduian mengkalikannya dengan satuan tertentu, selanjutnya memberikan informasi ekpada saya berapa jauh jarak antar petir dan gedung kita atau permukaan tanah. So sometimes dia akan bilang ” No it is not good, to short and just near by us..’ Or he will said ‘ It’s ok, we are safe..’

Walaupun saya tidak serajin kaum asli belanda, kadang-kadang budaya lama masih bersisa. Dan tampillah saya dengan sweater tipis pada saat angin dan dingin he he, barangkali mereka berpikir saya tahan juga padahal... keliru meramal atau tepatnya tidak memperhatikan ramalan.

Kata orang belanda memang negeri dengan cuaca yang paling dinamik dan hanya dibelanda berita cuaca laku keras dan menempati rating siaran tertinggi. Salah satu penyebabnya adalah posisi geografis Belanda dan ketinggiannya yang dibawah permukaan air laut. Membuat suasana laut sangat mempengaruhi cuaca.

Lalu apakah dinamika cuaca itu menjadikan aktifitas berhenti, ternyata tidak. Padahal di Indonesia hujan bisa menjadi alasan untuk tidak masuk atau banjir. Saya jadi ingat ketika kuliah S2 di Jogja dan pagi itu memang hujan cukup deras, padahal ada kuliah tamu. Untunglah saya punya payung sehingga bisa berangkat, tapi saya tahu akan banyak yang tidak datang karena tidak semua teman siap dengan payung. Dan ternyata saya benar hanya ada tiga orang yang datang. Apa komentar dosen pembimbing saya ketika tahu alasan sedikitnya mahasiswa? Weh kok koyo cah SD wae, udan terus ora mlebu..! Mbok ya bisa cari usaha untuk datang.
Kalau disini orang belanda berperilaku sama bisa tutup setahun kegiatan dong. Mereka yang pergi kemanapun dengan bersepeda tetap pergi dengan bersepeda. Lengkap dengan jas hujan atas bawah atau bahkan sambil membawa payung ditengah hujan deras dan angin. Sekalipun mereka membawa anak kecil dengan sepedanya. Padahal setiap saya bersepeda dalam hujan selalu terlintas untuk menitipkan sepeda saya karena pasti disertai angin dan abot nggenjotnya.
Seperti halnya ketika saya berkunjung ke Keukenhoof taman bunga terbesar di dunia dengan tulip sebagai andalan. Pada hari itu diramalkan hujan akan turun seharian. Pasti anda mengira pengunjung akan sedikit. Ternyata pengunjung tetap banyakdan mereka tetap berjalan ditengah hujan menimati taman karena telah siap setidaknya dengan jas dan kerudung kepala (nenek-nenek lho) or payung. Tapi bagaimana dengan tiga aorang teman saya meskipun sudah diberitahu akan hujan tetap saja cuman memakai jas kulit dan tidak membawa payung or jas hujan ha ha


Lalu..? Tampaknya ketidakakuratan ramalan, dan tidak banyak variasi cuaca dari waktu ke waktu bukanlah satu-satunya alasan orang Indonesia tidak memperhatikan ramalan cuaca. Ada alasan lain yang mendasar : perencanaan bukanlah bagian dari kebiasaan kita atau kebudayaan kita sehari-hari. Betapa seringya orang menjawab akan hidup mengikuti aliran air. Padahal air bisa dibelokkan arahnya, bisa dimanfaatkan untuk sumber energi. Berapa banyak dari kita yang belanja dengan membawa catatan. Berapa banyak dari calon mahasiswa yang memilih jurusan dengan pertimbangan rencana masa depan mereka.
Mari kita jujur, apakah diantara kita setiap memasuki tahun baru telah membuat perencanaan apa target yang ingin kita raih tahun depan, apa saja kegiatan yang akan kita lakukan. Kita hanya hidup dari satu rutinitas ke rutinitas lain yang bahkan bukan kita sendiri yang menentukan. Rumah sakit pemerintah terbesar sekalipun, walaupun diatas kertas ada program dan perencanaan yang terjadi adalah permintaan dan anggaran hanya dibuat atas dasar tahun lalu ditambah dengan perhitungan inflasi.

Well saya pikir mari kita mulai berencana, yang aritnya kita memiliki visi jangka panjang dan misi disetiap saat, sehingga setiap yang kita lakukan menjadi bermakna. Apa berarti semua sudah kita gariskan. Tentu tidak, salah satu kunci perencanaan yang baik adalah perencanaan strategik yang mampu meramal berdasar data faktor-faktor yang bisa mempengaruhi rencana kita. Termasuk perencanaan dinamik yang mampu memperhitungkan perubahan yang mungkin terjadi ditengah rencana kita. Seperti halnya cuaca yang selalu berubah tidak berarti selalu merubah rencana tapi bagaimana kita mengendalikan atau mengantisipasinya hingga rencana kita tetap berjalan seoptimal mungkin..
Selamat menjadi pengamat cuaca, pengamat lingkungan dan cobalah susun rencana setidaknya untuk hari ini atau diakhir pekan ini...

Tidak ada komentar: